Tentang Asap Obat Nyamuk...

8:27 PM

Begini. Saya termasuk sosok yang gemuk untuk anak seusia saya, karenanya membuat saya agak sulit 'bernapas'. Yah, saya tetap bernapas, tapi rasanya oksigen tidak tersupply dengan menyeluruh ke tubuh saya, membuat saya sering menarik nafas dalam-dalam. Selain faktor keturunan – well, kakak dan adik-adik saya beruntung mendapatkan warisan langsing dari ibu saya – saya juga jarang berolahraga karena waktu yang ada saya kebanyakan saya gunakan untuk membaca – dan merenung. Ya, saya mengerti jika kalian ingin bilang bahwa itu kesalahan saya, tapi, yah, bukan itu yang mengganggu saya.

Jadi saya aktif di malam hari. Bukan berarti saya tidur terus saat siang, tidak begitu. Saya tetap mengerjakan apa yang biasanya dilakukan manusia saat waktunya matahari muncul: mencuci, menyapu, memasak, dan sederet pekerjaan rumah tangga lainnya. Pokoknya kerja. Dan ada waktu untuk membaca saat siang hari, meskipun waktu membaca pada malam hari lebih banyak.

Jadi, bisa ditarik kesimpulan saya banyak membaca saat malam hari. Tidak ada yang salah untuk itu: suasananya jauh lebih tenang.

Tapi, ketika malam tiba, cukup banyak nyamuk di sekitar tempat kami tinggal, dan cukup banyak yang bisa masuk rumah lewat lubang ventilasi. Tidak begitu banyak – namun cukup banyak untuk mendesak orang-orang di rumah – ayah, ibu, kakak, adik – untuk menyalakan obat nyamuk.

Well, jadi saya membaca pada malam hari. Dengan laptop, di ruang tengah keluarga saya. Ayah saya tidur di sini, sambil menonton tv sampai tv menontonnya balik. Dan masalah mampir ketika obat nyamuk di nyalakan – ralat, obat-obat nyamuk. Saya setengah hidup membenci asap, dan setengahnya lagi benci jika asap obat nyamuk tersebut melipir ke indra penciuman saya. Otomatis saya menahan napas, mengibas asap dengan apapun yang bisa saya temukan – kertas, kain –, membiarkan asap berlalu seraya berdoa agar angin bertiup ke arah berlawanan.

Dan kesadaran saya mulai terganggu. Mata jadi berkunang-kunang dan saya jadi mengantuk karena kekurangan oksigen. Pilihan yang saya punya: a. Bernapas dan membiarkan asap tersebut masuk ke paru-paru saya; dan b. Menahan napas sambil mengipas udara seraya berharap perubahan arah angin. Well, saya (biasanya) selalu memilih pilihan kedua. Jika Anda berpikir saya bodoh karena pilihan saya, yah, terserah. Saya tidak peduli.

Intinya, saya tidak suka asap – asap apa pun. Asap rokok, asap obat nyamuk, asap kendaraan, asap pembakaran, sampai asap kemenyan. Saya ngga sukaaaaaaaaaa.

Lalu, kenapa tidak memakai obat nyamuk semprot, losion anti-nyamuk, atau obat nyamuk elektrik seperti yang sedang booming di pasaran? Uhm.

Sederhana. Saya tidak punyaaaaaaaaaaa. Dan keluaga saya tidak terpikir untuk mencoba alternatif lain, karena bagi mereka 'biasa' aja. Yaya, ralat lagi. Di rumah saya ada losion obat nyamuk – tapi kulit saya selalu iritasi saat memakainya. Sensitif, gitu.

Terus, hikmahnya apa?


Ngga tau. Saya cuma pengen cerita.